Friday, May 27, 2011

JABAL (gunung) RAHMAH : tempat bertemunya Nabi Adam AS dan Siti Hawa



Untuk mencapai puncak tempat ini, kita bisa menempuhnya sekitar 15 menit dari dasar bukit. Agar lebih mudah pemerintah setempat telah membangun infrastruktur yang memadai sehingga memudahkan bagi pengunjung untuk menikmatinya. Infrastruktur ini berupa jalanan berbentuk tangga dengan 168 undakan menuju puncak tugu.Bukit batu ini berada pada ketinggian kurang lebih enam puluh lima meter yang puncaknya menjulang. Di bukit ini terdapat sebuah monumen yang terbuat dari beton persegi empat dengan lebar kurang lebih 1, 8 meter dan tingginya 8 meter.

Dari bukit ini bisa dilihat pemandangan padang Arafah yang setiap tahunnya dipadati oleh jamaah dari penjuru dunia ketika musim haji tiba. Di sini kita juga dapat menyaksikan matahari yang terbit atau sinar jingga yang mengiringi saat menjelang terbenamnya matahari.

Jabal Rahmah juga merupakan tempat wahyu terakhir kepada Nabi Muhammad SAW tatkala melakukan wukuf. Wahyu tersebut termuat dalam QS Al-Maidah (5:3). Turunnya ayat ini membuat para sahabat bersedih, sebab mereka merasa akan kehilangan Rasulullah dan tak berapa lama kemudian, Rasulullah dipanggil menghadap oleh Allah SWT.

Peristiwa pertemuan nabi Adam AS dan Siti Hawa ini diabadikan oleh Allah SWT dalam Alquran, surah Al-Baqarah ayat 35 dan 38 serta Al-A’raf ayat 19-25 dan surah Thoha ayat 123. ”Dan kami berfirman, ”Wahai Adam ! Tinggallah Engkau dan istrimu didalam surga, dan makanlah dengan niikmat (berbagai makanan) yang ada disana sesukamu. (Tetapi) janganlah kamu dekati pohon itu (khuldi, red), nanti kamu akan termasuk orang-orang yang zalim.” (QS 2:35) ”Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain. Dan bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan. (QS 2: 36). ”Turunlah kamu semua dari surga! Kemudian jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (QS 2:38).

Dalam surah Al-A’raf, diusirnya Adam dan Hawa dari surga ini diabadikan pada ayat 24-25. ”Turunlah kamu! Kamu akan saling bermusuhan satu sama lain. Bumi adalah tempat kediaman dan kesenangan sampai waktu yang telah ditentukan. Disana kamu hidup, disana kamu mati dan dari sana (pula) kamu akan dibangkitkan.” (QS 7:24-25).

Adam dan Hawa diusir dari surga karena melanggar larangan Allah, yakni memakan buah khuldi, akibat bujuk rayu Iblis. Iblis berkata kepada Adam dan Hawa : ”Wahai Adam, maukah aku tunjukkan kepadamu pohon khuldi (yakni pohon keabadian) dan kerajaan yang tidak akan binasa?. Lalu keduanya memakannya, hingga tampaklah aurat mereka dan mulailah keduanya menutupinya daun-daun (yang ada di) surga, dan telah durhakalah Adam kepada Tuhannya, dan sesatlah dia.” (QS Thaha (20) : 120-121)

Akibat melanggar larangan tersebut, Adam AS dianggap durhaka kepada Allah SWT dan tersesat, karena mengikuti bisikan Iblis. Menurut sebagian ulama, kesalahan Adam AS ini, meskipun tidak begitu besar menurut ukuran manusia biasa, sudah dinamakan durhaka dan sesat, karena tingginya martabat dan kedudukan Adam AS sebagai seorang Nabi yang harus menjadi teladan bagi yang lain.

Adam AS awalnya menolak mengikuti bujukan Iblis. Namun, desakan Siti Hawa yang begitu kuat, akhirnya membuat Adam ikut memakan buah tersebut. Akibatnya, setelah memakan buah tersebut, terlepaslah pakaian mereka sehingga nampak auratnya. Demikian diterangkan dalam An Nihayah fi Gharib Al-Hadits, karya Abu Sa’adaat Ibnul Atsir jilid 3 hlm 158).

Menurut beberapa keterangan, selain Iblis, Adam dan Hawa, yang turut pula diusir dari surga adalah seekor ular. Al-Imam Abu Ja’far Muhammad bin Jarir At-Thabari RA dalam tafsirnya ketika menerangkan ayat ke-36 QS Al-Baqarah, membawakan sebuah riwayat dengan sanadnya bersambang kepada para sahabat Nabi SAW seperti Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud dan lainnya menerangkan : ”Ketika Allah memerintahkan kepada Adam dan Hawa untuk tinggal di surga dan melarang keduanya memakn buah khuldi, Iblis memiliki kesempatan untuk menggoda Adam dan Hawa. Namun, ketika akan masuk ke surga, Iblis dihalangi oleh malaikat. Namun, dengan tipu muslihatnya, Iblis kemudian mendatangi seekor ular, yang waktu itu ia adalah hewan yang mempunyai empat kaki seperti onta, dan ia adalah hewan yang paling bagus bentuknya. Setelah berbasa-basi, Iblis lalu masuk ke mulut ular dan ular itupun masuk ke surga sehingga Iblis lolos dari pengawasan malaikat.” Karena itulah, mereka semua akhirnya diusir dari surga.

Lalu setelah diusir dari surga, dimanakah Adam dan Hawa diturunkan, dan dimanakah bertemunya? Belum ada keterangan yang paling shahih tentang itu. Namun, sebagian ulama sepakat, bahwa keduanya diturunkan secara terpisah dan kemudian bertemu di Jabal Rahmah, di Arafah.

Menurut Al-Imam At-Thabari dalam Tarikhnya (jilid 1 hlm 121-126), bahwa Mujahid meriwayatkan keterangan Abdullah bin Abbas bin Abdul Mutthalib yang mengatakan : ”Adam diturunkan dari surga ke bumi di negeri India.” Abu Shaleh meriwayatkan juga dari Ibnu Abbas yang menerangkan bahwa Hawa diturunkan di Jeddah (Arab : Nenek perempuan) yang merupakan bagian dari Makkah. Kemudian dalam riwayat lain At-Thabari meriwayatkan lagi bahwa iblis diturunkan di negeri Maisan, yaitu negeri yang terletak antara Basrah dengan Wasith. Sedangkan ular diturunkan di negeri Asbahan (Iran).

Riwayat lain menyebutkan, Adam diturunkan di bukit Shafa dan Siti Hawa di bukit Marwah. Sedangkan riwayat lain menyebutkan Adam AS diturunkan di antara Makkah dan Thaif. Ada pula yang berpendapat Adam di turunkan di daerah India, sementara Hawa diturunkan di Irak.

Al-quran sendiri tidak menerangkan secara jelas dimana Adam dan Hawa diturunkan. Alquran hanya menjelaskan tentang proses diturunkanya Adam dan Hawa ke bumi. Lihat Al-Baqarah [2]:30-38 dan Al-A’raaf [7]:11-25.

Sementara itu, menurut legenda dalam agama Kristen, setelah diusir dari Taman Eden (surga), Adam pertama kali menjejakkan kakinya di muka bumi di sebuah gunung yang dikenal sebagai Puncak Adam atau Al-Rohun yang kini terdapat di Sri Lanka.

Bila sebagian ulama berselisih pendapat mengenai tempat diturunkannya Adam dan Hawa, namun mereka bersepakat kalau keduanya kemudian bertemu di Jabal Rahmah, setelah terpisah selama ratusan tahun.

Keyakinan bahwa bertemunya Adam dan Hawa di Jabal Rahmah di Arafah itu kemudian dikukuhkan dengan dibangunnya sebuah tugu oleh pemerintah Arab Saudi di tempat tersebut.

Al Imam Al Auza’ie meriwayatkan dari Hasan bin Athiyyah bahwa Adam dan Hawwa’ menangis ketika turun di bumi selama 60 tahun karena menyesali berbagai kenikmatan di surga yang tidak didapati lagi oleh keduanya di bumi ini. Keduanya juga menagis karena menyesali dosa yang dilakukan oleh keduanya. Demikian Ibnu Katsir meriwayatkannya dalam Kitab Al-Bidayah Wa Al-Nihayah, jilid 1 hlm 74. Wa Allahu A’lamu.

MASJID NABAWI


Disebut Masjid Nabawi karena Nabi Muhammad SAW. selalu menyebutnya dengan kalimat, "Masjidku", pada setiap kali beliau menerangkan tentang sebuah masjid yang sekarang berada di pusat kota Madinah.

Berziarah ke masjid Nabawi ini adalah masyru' (diperintahkan) dan termasuk ibadah. Penyataan ini sesuai dengan sabda Rasul : "Janganlah kau mementingkan bepergian kecuali kepada tiga masjid, yaitu Masjidil Haram, Masjidku ini (Masjid Nabawi) dan Masjidil Aqsa'.


SEJARAH

Masjid Nabawi adalah masjid kedua yang dibangun oleh Rasulullah saw., setelaj Masjid Quba yang didirikan dalam perjalanan hijrah beliau dari Mekkah ke Madinah. Masjid Nabawi dibangun sejak saat-saat pertama Rasulullah saw. tiba di Madinah, yalah di tempat unta tunggangan Nabi saw. menghentikan perjalanannya. Lokasi itu semula adalah tempat penjemuran buah kurma milik anak yatim dua bersaudara Sahl dan Suhail bin ‘Amr, yang kemudian dibeli oleh Rasulullah saw. untuk dibangunkan masjid dan tempat kediaman beliau.

Awalnya, masjid ini berukuran sekitar 50 m × 50 m, dengan tinggi atap sekitar 3,5 m. Rasulullah saw. turut membangunnya dengan tangannya sendiri, bersama-sama dengan para shahabat dan kaum muslimin. Tembok di keempat sisi masjid ini terbuat dari batu bata dan tanah, sedangkan atapnya dari daun kurma dengan tiang-tiang penopangnya dari batang kurma. Sebagian atapnya dibiarkan terbuka begitu saja. Selama sembilan tahun pertama, masjid ini tanpa penerangan di malam hari. Hanya di waktu Isya, diadakan sedikit penerangan dengan membakar jerami.

Kemudian melekat pada salah satu sisi masjid, dibangun kediaman Nabi saw. Kediaman Nabi ini tidak seberapa besar dan tidak lebih mewah dari keadaan masjidnya, hanya tentu saja lebih tertutup. Selain itu ada pula bagian yang digunakan sebagai tempat orang-orang fakir-miskin yang tidak memiliki rumah. Belakangan, orang-orang ini dikenal sebagai ahlussufah atau para penghuni teras masjid.

Setelah itu berkali-kali masjid ini direnovasi dan diperluas. Renovasi yang pertama dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab di tahun 17 H, dan yang kedua oleh Khalifah Utsman bin Affan di tahun 29 H. Di zaman modern, Raja Abdul Aziz dari Kerajaan Saudi Arabia meluaskan masjid ini menjadi 6.024 m² di tahun 1372 H. Perluasan ini kemudian dilanjutkan oleh penerusnya, Raja Fahd di tahun 1414 H, sehingga luas bangunan masjidnya hampir mencapai 100.000 m², ditambah dengan lantai atas yang mencapai luas 67.000 m² dan pelataran masjid yang dapat digunakan untuk salat seluas 135.000 m². Masjid Nabawi kini dapat menampung kira-kira 535.000 jemaah.




Keutamaannya dinyatakan oleh Nabi saw., sebagaimana diterima dari Jabir ra. (yang artinya):

"Satu kali salat di masjidku ini, lebih besar pahalanya dari seribu kali salat di masjid yang lain, kecuali di Masjidil Haram. Dan satu kali salat di Masjidil Haram lebih utama dari seratus ribu kali salat di masjid lainnya." (Riwayat Ahmad, dengan sanad yang sah)

Diterima dari Anas bin Malik bahwa Nabi SAW bersabda (yang artinya):

"Barangsiapa melakukan salat di mesjidku sebanyak empat puluh kali tanpa luput satu kali salat pun juga, maka akan dicatat kebebasannya dari neraka, kebebasan dari siksa dan terhindarlah ia dari kemunafikan." (Riwayat Ahmad dan Thabrani dengan sanad yang sah)

Dari Sa’id bin Musaiyab, yang diterimanya dari Abu Hurairah, bahwa Nabi SAW bersabda (yang artinya):

"Tidak perlu disiapkan kendaraan, kecuali buat mengunjungi tiga buah masjid: Masjidil Haram, masjidku ini, dan Masjidil Aqsa." (Riwayat Bukhari, Muslim dan Abu Dawud)
Berdasarkan hadis-hadis ini maka Kota Medinah dan terutama Masjid Nabawi selalu ramai dikunjungi umat muslim yang tengah melaksanakan ibadah haji atau umroh sebagai amal sunah.

MULTAZAM, MAQAM IBRAHIM DAN HAJAR ASWAD

MULTAZAM


Multazam merupakan dinding Ka'bah yang terletak di antara Hajar Aswad dengan pintu Ka'bah. Tempat ini merupakan tempat utama dalam berdoa, yang dipergunakan oleh jamah Haji dan Umroh untuk berdoa/ bermunajat kepada Allah SWT setelah selesai melakukan Tawaf.

Saat bermunajat di depan Multazam ini, Jarang orang tidak meneteskan air mata di sini, terharu karena kebesaran Illahi.Multazam ini insya Allah merupakan tempat yang mustajab dalam berdoa, insya Allah doa dikabulkan oleh Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda, "Antara Rukun Hajar Aswad dan Pintu Ka'bah, yang disebut Multazam. Tidak seorangpun hamba Allah yang berdoa di tempat ini tanpa terkabul permintaannya"

-------------------------------------------------------------------------------------------------

MAQAM IBRAHIM


Maqom Ibrahim bukanlah kuburan Nabi Ibrahim sebagaimana dugaan atau pendapat sebagian orang. Maqom Ibrahim adalah batu pijakan pada saat Nabi Ibrahim membangun Ka'bah. Letak Maqom Ibrahim ini tidak jauh, hanya sekitar 3 meter dari Ka'bah dan terletak di sebelah timur Ka'bah.


Saat ini Maqom Ibrahim seperti terlihat pada foto di atas. Di dalam bangunan kecil ini terdapat batu tempat pijakan Nabi Ibrahim seperti dijelaskan di atas. Pada saat pembangunan Ka'bah batu ini berfungsi sebagai pijakan yang dapat naik dan turun sesuai keperluan nabi Ibrahim saat membangun Ka'bah. Bekas kedua tapak kaki Nabi Ibrahim masih nampak dan jelas dilihat.

Atas perintah Khalifah Al Mahdi Al Abbasi, di sekeliling batu Maqom Ibrahim itu telah diikat dengan perak dan dibuat kandang besi berbentuk sangkar burung.

-------------------------------------------------------------------------------------------------
HAJAR ASWAD


Hajar Aswad adalah “batu hitam” yang terletak di sudut sebelah Tenggara Ka’bah, yaitu sudut darimana Tawaf dimulai. Hajar Aswad merupakan jenis batu ‘RUBY’ yang diturunkan Allah dari surga melalui malaikat Jibril.

Hajar Aswad terdiri dari delapan keping yang terkumpul dan diikat dengan lingkaran perak. Batu hitam itu sudah licin karena terus menerus di kecup, dicium dan diusap-usap oleh jutaan bahkan milyaran manusia sejak Nabi Adam, yaitu jamaah yang datang ke Baitullah, baik untuk haji maupun untuk tujuan Umrah. Harap dicatat bahwa panggilan Haji telah berlangsung sejak lama yaitu sejak Nabi Adam AS. Bahkan masyarakat Jahilliah yang musyrik dan menyembah berhala pun masih secara setia melayani jemaah haji yang datang tiap tahun dari berbagai belahan dunia.

Nenek moyang Rasulullah, termasuk kakeknya Abdul Muthalib adalah para ahli waris dan pengurus Ka’bah. Atau secara spesifik adalah penanggung jawab air zamzam yang selalu menjadi primadona dan incaran para jemaah haji dan para penziarah. Hadist Sahih riwayat Tarmizi dan Abdullah bin Amir bin Ash mengatakan bahwa Rasul SAW bersabda :

Satu riwayat Sahih lainnya menyatakan:
Rukun (HajarAswad) dan makam (Batu/Makam Ibrahim) berasal dari batu-batu ruby surga yang kalau tidak karena sentuhan dosa-dosa manusia akan dapat menyinari antara timur dan barat. Setiap orang sakit yang memegangnya akan sembuh dari sakitnya”

Hadist Sahih riwayat Imam Bathaqie dan Ibnu ‘Abas RA, bahwa Rasul SAW bersabda:
“Allah akan membangkitkan Al-Hajar (Hajar Aswad) pada hari kiamat. Ia dapat melihat dan dapat berkata. Ia akan menjadi saksi terhadap orang yang pernah memegangnya dengan ikhlas dan benar”.

Hadis Siti Aisyah RA mengatakan bahwa Rasul SAW bersabda:
“Nikmatilah (peganglah) Hajar Aswad ini sebelum diangkat (dari bumi). Ia berasal dari surga dan setiap sesuatu yang keluar dari surga akan kembali ke surga sebelum kiamat”.

Berdasarkan bunyi Hadist itulah antara lain maka setiap jamaah haji baik yang mengerti maupun tidak mengerti akan senantiasa menjadikan Hajar Aswad sebagai ‘target’ berburu. Dua juta jemaah, datang dimusim haji secara bersamaan dan antri untuk keperluan dan target yang sama. Begitu padatnya, maka anda harus rela dan ikhlas untuk hanya bisa memberi ‘kecupan’ jarak jauh sembari melafaskan basmalah dan takbir: Bismillah Wallahu Akbar.

Hadis tersebut mengatakan bahwa disunatkan membaca do’a ketika hendak istilam (mengusap) atau melambainya pada permulaan thawaf atau pada setiap putaran, sebagai mana, diriwayatkan oleh Ibnu Umar RA. Artinya:
“Bahwa Nabi Muhammad SAW datang ke Ka’bah lalu diusapnya Hajar Aswad sambil membaca Bismillah Wallahu Akbar”.

Lanjutannya dikisahkan bahwa batu hitam tersebut pernah terkubur pasir selama beberapa waktu.

RIWAYATNYA
Dalam riwayat lanjutannya bahwa batu hitam tersebut pernah terkubur pasir selama beberapa lama dan secara ajaib ditemukan kembali oleh Nabi Ismail AS ketika ia berusaha mendapatkan batu tambahan untuk menutupi dinding Ka’bah yang masih sedikit kurang. Batu yang ditemukan inilah rupanya yang sedang dicari oleh Nabi Ibrahim AS, yang serta merta sangat gembira dan tak henti-hantinya menciumi batu tersebut. Bahkan, ketika sudah tiba dekat ka’bah, batu itu tak segera diletakan di tempatnya. Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS menggotong batu itu sambil memutari Ka’bah tujuh putaran.

DIANGKUT DENGAN SORBAN MUHAMMAD
Diantara peristiwa penting yang berkenaan dengan batu ini adalah yang terjadi pada tahun 16 sebelum Hijrah (606 M) yaitu ketika suku Quraisy melakukan pemugaran Ka’bah. Pada saat itu hampir saja terjadi pertumpahan darah yang hebat karena sudah lima hari lima malam mereka dalam situasi gawat, karena keempat kabilah dalam suku Quraisy itu terus bersitegang ngotot pada pendapat dan kehendak masing-masing siapa yang mengangkat dan meletakkan kembali batu ini ketempat semula karena pemugaran Ka’bah sudah selesai.

Akhirnya muncul usul dari Abu Umayyah bin Mughirah Al-Mukhzumi yang mengatakan
”Alangkah baiknya kalau keputusan ini kita serahkan kepada orang yang pertama kali masuk masjid pada hari ini.”

Pendapat sesepuh Quraisy Abu Umayyah ini disepakati. Dan ternyata orang pertama masuk pada hari itu adalah Muhammad bin Abdullah yang waktu itu masih berusia 35 tahun. Menjadi rahasia umum pada masa itu bahwa akhlak dan budi pekerti Muhammad telah terkenal jujur dan bersih sehingga dijuluki Al-Amin (orang yang terpercaya).

Muhammad muda yang organ tubuhnya yaitu HATI-nya pernah dibersihkan lewat operasi oleh Malaikat, memang sudah dikenal luas tidak pernah bohong dan tidak pernah ingkar janji. Lalu apa jawaban dan tindakan Muhammad terhadap usul itu?

Muhammad menuju tempat pernyimpanan Hajar Aswad itu lalu membentangkan sorbannya dan meletakkan batu mulia itu ditengah-tengah sorban kemudian meminta satu orang wakil dari masing-masing kabilah yang sedang bertengkar untuk memegang sudut sorban itu dan bersama-sama menggotongnya kesudut dimana batu itu hendak diletakkan. Supaya adil, Muhammad pulalah yang memasang batu itu ketempat semula.

RAHASIA HAJAR AL-ASWAD

Kita semua tahu bahwa Hajar Aswad hanyalah batu yang tidak memberikan mudorat atau manfaat, begitu juga dengan Ka’bah, ia hanyalah bangunan yang terbuat dari batu. Akan tetapi apa yang kita lakukan dalam prosesi ibadah haji tersebut adalah sekedar mengikuti ajaran dan sunnah Nabi SAW. Jadi apa yang kita lakukan bukanlah menyembah Batu, dan tidak juga menyembah Ka’bah.

Umar bin Khatab berkata “Aku tahu bahwa kau hanyalah batu, kalaulah bukan karena aku melihat kekasihku Nabi SAW menciummu dan menyentuhmu, maka aku tidak akan menyentuhmu atau menciummu”

Allah memerintahkan kita untuk Thawaf mengelilingi Ka’bah dan Dia pula yang telah memerintahkan untuk mencium Hajar Aswad. Rasulullah juga melakukan itu semua, dan tentu saja apa yang dilakukan oleh beliau pastilah berasal dari Allah, sebagaimana yang terdapat dalam firmanNya : “Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (QS. An-Najm : 53 ) “.

Hajar Aswad berasal dari surga. Batu ini pula yang menjadi fondasi pertama bangunan Ka’bah, dan ia menghitam akibat banyaknya dosa manusia yang melekat disana pada saat mereka melakukan pertaubatan. Tidakkah orang yang beriman merasa malu, jika hati mereka menghitam akibat dosa yang telah dilakukan. Rasulullah bersabda “Ketika Hajar Aswad turun, keadaannya masih putih, lebih putih dari susu, lalu ia menjadi hitam akibat dosa-dosa anak Adam (HR Tirmidzi).


MASJID QUBA

Masjid Quba adalah masjid yang punya nilai sejarah, bermula ketika Rosulullah berangkat Hijrah meninggalkan Makkah menuju Madinah, beliau singgah di Quba, lalu tinggal di sana lebih kurang 4 hari sambil membangun masjid yang kemudian dinamai Masjid Quba.



Masjid Quba adalah masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah SAW pada tahun 1 Hijriyah atau 622 Masehi di Quba, sekitar 5 km di sebelah tenggara kota Madinah. Dalam Al-Quran disebutkan bahwa masjid Quba adalah masjid yang dibangun atas dasar takwa (QS At-Taubah:108).

Sesungguhnya masjid itu yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba) sejak hari pertama adalah lebih patut bagimu (Hai Muhammad) bersembahyang di dalamnya. Di dalamnya terdapat orang-orang yang ingin membersihkan diri.......(At Taubah, 108).

Walaupun Rosulullah sudah membangun masjid Nabawi di pusat kota Madinah dan membina para sahabat di sana, Rosulullah sangat suka sengaja datang ke Masjid Quba untuk sholat di dalamnya. Di dalam riwayat bahwa Rosulullah berangkat ke Masjid Quba dengan menaiki onta dan kadang berjalan kaki pada hari sabtu.

Keutamaan sholat di Masjid Quba sebagaimana disampaikan oleh Rosulullah adalah sebagaimana mendapatkan pahala umroh. Imam Tirmizi meriwayatkan : "Barang siapa yang bersuci dari rumahnya kemudian ia datang ke masjid quba lalu sholat dua rakaat, maka baginya pahala sebagaimaan ganjaran umroh."
Imam Ibnu Majah meriwayatkan : "Barang siapa yang bersuci dari tempat tingagalnya lalu datang ke Masjid Quba lalu sholat di dalamnya sebuah sholat maka ia mendapatkan pahala umroh".
Masjid Quba adalah Masjid yang selalu dikunjungi oleh jamaah haji dan umroh yang datang ke Kota Madinah.

Masjid ini memiliki 19 pintu. Dari 19 pintu itu terdapat tiga pintu utama dan 16 pintu. Tiga pintu utama berdaun pintu besar dan ini menjadi tempat masuk para jamaah ke dalam masjid. Dua pintu diperuntukkan untuk masuk para jamaah laki-laki sedangkan satu pintu lainnya sebagai pintu masuk jamaah perempuan. Diseberang ruang utama mesjid, terdapat ruangan yang dijadikan tempat belajar mengajar.

Masjid ini telah beberapa kali mengalami renovasi. Khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah orang pertama yang membangun menara masjid ini. Sakarang renovasi masjid ini ditangani oleh keluarga Saud. Mengutip buku berjudul Sejarah Madinah Munawarah yang ditulis Dr Muhammad Ilyas Abdul Ghani, masjid Quba ini telah direnovasi dan diperluas pada masa Raja Fahd ibn Abdul Aziz pada 1986. Renovasi dan peluasan ini menelan biaya sebesar 90 juta riyal yang membuat masjid ini memiliki daya tampung hingga 20 ribu jamaah.

MENGAPA LANTAI UNTUK THAWAF TIDAK PANAS?

Pendahuluan :
Saat saya pertama kali melakukan thawaf, saya bingung. Panasnya terik matahari jam 12 siang seperti tidak berpengaruh dengan lantai (ubin) Masjidil Haram karena tetap terasa dingin. Saya benar2 dibuat penasaran....


Di masa lalu, pelataran Kabah yang dipakai untuk tawaf tergolong sempit. Hanya 21 meter dari Kabah, karena di meter ke-21, sudah ada bangunan yang melindungi sumur Zamzam. Bertambahnya jamaah membuat bangunan berukuran 88,8 meter persegi itu dibongkar, sehingga pada 1381-1388 dilakukan perluasan tempat tawaf. Mimbar juga dipindahkan. Maqm Ibrahim direnovasi. Kerikil dihilangkan.

Abdullah ibn Zubair adalah orang pertama yang memberi ubin di tempat tawaf. Ubinnya bergaris tengah lima meter. Hingga 1375 Hijriyah, sumbangan marmer terus berdatangan, dengan bentuk oval saling berhadapan. Lantai tawaf itu dibuat dari marmer dingin, sehingga menahan panas matahari.

Untuk membuat dingin Masjidil Haram, disediakan sentral penyejuk udara. Udara disalurkan lewat terowongan yang menghubungkan sentral pendingin dengan satuan pendingin di tiang-tiang masjid.

Di mala lalu, saat tempat tawaf masih sempit dan jamaah masih sedikit, untuk shalat cukup dilakukan di belakang Maqm Ibrahim. Imam dan jamaah berada di situ. Bertambahnya jamaah, membuat shaf melingkari Kabah perlu dipikirkan. Maka, Gubernur Makkah Khalid bin Abdullah al-Qusary (wafat 120 Hijriyah) menata shaf melingkar itu. Dengan shaf melingkar itu, orang yang shalat tetap menghadap dan bisa melihat ke Kabah.

KA'BAH, ARAH SHALAT, DAN MASJID QIBLATAIN

Ka'bah merupakan kiblat sholat umat Islam. Ka'bah yang berbentuk kubus ini merupakan bangunan utama di atas bumi yang digunakan utk menyembah Allah SWT. Ka'bah disebut juga Baitullah (Rumah Allah) atau Baitul 'Atiq (Rumah Kemerdekaan). Dibangun berupa tembok segi empat yang terbuat dari batu-batu besar yang berasal dari gunung-gunung di sekitar Mekah. Baitullah ini dibangun di atas dasar fondasi yang kokoh.



Dinding-dinding sisi Ka'bah ini diberi nama khusus yang ditentukan berdasarkan nama negeri ke arah mana dinding itu menghadap. terkecuali satu dinding yang diberi nama "Rukun Hajar Aswad".

Adapun keempat dinding atau sudut (rukun) tersebut adalah :

- Sebelah Utara Rukun Iraqi (Irak)
- Sebelah Barat Rukum Syam (Suriah)
- Sebelah Selatan Rukun Yamani (Yaman)
- Sebelah Timur Rukun Aswad (Hajar Aswad).

Keempat sisi Ka'bah ditutup dengan selubung yang dinamakan Kiswah. Sejak zaman nabi Ismail, Ka'bah sudah diberi penutup berupa Kiswah ini. Saat ini Kiswah tersebut terbuat dari sutra asli dan dilengkapi dengan kaligrafi dari benang emas.

Dalam satu tahun Ka'bah ini dicuci dua kali, yaitu pada awal bulan Dzul Hijjah dan awal bulan Sya'ban. Kiswah diganti sekali dalam setahun.

Mungkin selama ini kita selalu bertanya setiap kali kita melakukan ibadah sekaligus rukun Islam nomor dua yaitu shalat kita selalu menghadap kiblat, atau dalam hal ini Ka'bah. Nah mengapakah sebenarnya harus menghadap Ka'bah?

Hal ini sebenarnya merupakan sejarah yang paling tua di dunia. Bahkan jauh sebelum manusia diciptakan di bumi, Allah swt telah mengutus para malaikat turun ke bumi dan membangun rumah pertama tempat ibadah manusia. Ini sudah dituturukan dalam Al-Quran: Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia . (QS. Ali Imran : 96).

Konon di zaman Nabi Nuh as, ka’bah ini pernah tenggelam dan runtuh bangunannya hingga datang masa Nabi Ibrahim as bersama anak dan istrinya ke lembah gersang tanpa air yang ternyata disitulah pondasi Ka’bah dan bangunannya pernah berdiri. Lalu Allah swt memerintahkan keduanya untuk mendirikan kembali ka’bah di atas bekas pondasinya dahulu. Dan dijadikan Ka’bah itu sebagai tempat ibadah bapak tiga agama dunia ini.

Dan ketika Kami menjadikan rumah itu (ka’bah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud". (QS. ). Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, (QS. Al-Hajj : 27).

Di masa Nabi Muhammad, awalnya perintah shalat itu ke baitul Maqdis di Palestina. Namun Rasulullah saw berusaha untuk tetap shalat menghadap ke Ka’bah. Caranya adalah dengan mengambil posisi di sebelah selatan Ka’bah. Dengan mengahadap ke utara, maka selain menghadap Baitul Maqdis di Palestina, beliau juga tetap menghadap Ka’bah.

Namun ketika beliau dan para shahabat hijrah ke Madinah, maka menghadap ke dua tempat yang berlawanan arah menjadi mustahil. Dan Rasulullah saw sering menengadahkan wajahnya ke langit berharap turunnya wahyu untuk menghadapkan shalat ke Ka’bah. Kejadian ini terjadi sebagai sejarah dari sebuah masjid yg kini bernama Masjid Qiblatain karena di dalamnya terdapat dua arah kiblat, satu ke Baitul Maqdis (kini tidak dipakai) dan lainnya ke arah Masjidil Haram.

Masjid Qiblatain


Hingga turunlah ayat berikut :

Sungguh Kami melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Al Kitab memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. (QS. Al-Baqarah : 144).

Jadi di dalam urusan menghadap Ka’bah, umat Islam punya latar belakang sejarah yang panjang. Ka’bah merupakan bangunan yang pertama kali didirikan di atas bumi untuk dijadikan tempat ibadah manusia pertama. Dan Allah swt telah menetapkan bahwa shalatnya seorang muslim harus menghadap ke Ka’bah sebagai bagian dari aturan baku dalam shalat.

Thursday, May 26, 2011

RAUDHAH dan SHALAT SUNAH

Pendahuluan :
Saat saya umroh dan menginap selama 3 hari di madinah, orang tua saya selalu mengingatkan untuk memperbanyak shalat di masjid nabawi. Hanya beberapa jam saja kami di hotel, makan dan beristirahat, setelah itu kami ke masjid lagi untuk sekedar mengaji ataupun shalat sunah. Di masjid nabawi ada yg di sebut Raudhah, lokasinya di masjid nabawi yg asli (bukan perluasan). Jika dari luar kita melihat ada kubah dan menara hijau maka Raudhah ada diantara keduanya. Kubah hijau dahulunya adalah rumah Rasulullah dan menara hijau adalah mimbar Rasulullah. Kini rumah tersebut adalah Makam dari Rasulullah, khalifah Abu Bakar Ash Siddiq dan khalifah Umar bin Khattab. Alhamdulillah, saya dua kali bisa shalat di Raudhah :)


Raudhah adalah satu-satunya tempat di dunia ini yang oleh Rasul Shalallahu'alaihi wasallam tetapkan sebagai sebuah taman dari taman-taman surga. Beliau bersabda : "Antara mimbarku dan rumahku adalah raudhah (taman) dari taman-taman surga." (Shahih Bukhari)

Sehingga hampir setiap pengunjung Masjid Nabawi pun ingin mendapatkan kesempatan untuk beribadah di dalamnya. Orang-orang pun berdesakkan ingin beribadah di tempat yang panjangnya hanya sekitar 22 meter dan lebar 15 meter tersebut, sementara masjid Nabawi berukuran 98.000 m2. Akhirnya dengan keadaan seperti itu cukup sulit bagi kita untuk memperoleh kekhusyukan ketika beribadah, butuh usaha yang ekstra keras karena harus bersaing dengan jemaah haji lain.

Shalat di Raudhah hukumnya sunah, sementara menyakiti sesama manusia apalagi sesama muslim hukumnya haram. Jadi, kalau kita ditakdirkan berada si Masjid Nabawi dan menyaksikan orang-orang berjubel berebut bahkan sikut sana sini untuk bisa shalat di Raudhah dan logika kita mengatakan bahwa kalau ikut rebutan itu akan menyakitai orang lain, lebih baik kita tidak ikut berebut. Ingat, menyakiti orang lain itu hukumnya haram sementara shalat di Raudhah itu hukumnya sunah. Jangan sampai demi melakukan yang sunah kita melakukan yang haram.

Shalat apa yang bisa dilakukan di Raudhah? Secara prinsip, shalat apa pun bisa dilakukan. Kita bisa shalat wajib, tahiyyatul masjid, dhuha, istikharah, dll. Pokoknya shalat apa pun bisa dilakukan selama memungkinkan.

Oleh karena itu kita perlu mengetahui tips-tips agar kita bisa memaksimalkan kesempatan beribadah di taman surga tersebut. Berikut detilnya :

  1. Raudhah terletak di masjid Nabawi lama (bukan perluasan) bagian kiri. Samping persis rumah (makam) Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam.
  2. Masjid Nabawi yang lama (bukan perluasan) buka 24 jam. Sedangkan bagian perluasan masjid tutup setelah jam 23.00 waktu madinah dan dibuka kembali satu jam sebelum adzan subuh (sekitar jam 03.00).
  3. Raudhah memiliki karpet yang berbeda dengan yang lain. Warna karpetnya adalah hijau muda. Sedangkan wilayah non raudhah berwarna merah.
  4. Saat yang paling sepi di Raudhah adalah jam 1 hingga jam 2 malam.
  5. Wanita memiliki jam-jam tertentu untuk ke raudhah. Yaitu setelah shalat subuh hingga jam 10.00. setelah shalat dhuhur hingga jam 14.30. dan setelah shalat isya hingga jam 23.00.
  6. Karena sempitnya wilayah Raudhah, maka pengurus Masjid Nabawi membagi kelompok-kelompok wanita yang akan masuk Raudhah. Biasanya sesama wanita asia (Indonesia, Malaysia, Brunei) dijadikan satu kelompok. Sedangkan wanita arab (yang fisiknya lebih besar) biasanya dibarengkan satu kelompok. Selain itu rentang waktu di raudhah pun dibatasi bagi wanita. Rata-rata 15 menit.
  7. Walaupun berdesakan usahakan untuk tidak melangkahi di depan orang yang sedang shalat. Karena Rasulullah bersabda : "Janganlah kalian shalat, kecuali menghadap sutrah (pembatas, red) dan janganlah kalian membiarkan seorangpun lewat di hadapanmu, jika dia menolak hendaklah kamu bunuh dia, karena sesungguhnya ada syetan yang bersamanya." (HR. Muslim)
    Selain shalat sunah, dapat pula beribadah dalam bentuk yang lain, misalnya membaca Al Qur'an, berdzikir, dan berdoa.
  8. Jangan mendzalimi orang lain dengan mendorong, menyikut, merebut tempat shalat, menginjak bahkan berkelahi. Ingatlah, beribadah di Raudhah adalah ibadah sunah, sedangkan mendzalimi orang lain adalah wajib untuk dihindari. Maka secara hukum fikih, sunah dikalahkan oleh yang wajib.
  9. Jangan terlalu lama di Raudhah, berikan kesempatan bagi saudara kita untuk beribadah disana, semoga Allah membalas kebaikan anda tersebut.
  10. Bantulah orang lain yang kesulitan. Misalnya ada orang tua yang sulit untuk berdiri, atau kesulitan berjalan karena berdesak-desakan. Karena bentuk ibadah sangat luas. Menolong orang lain juga termasuk ibadah yang utama.