Saat Nabi Ibrahim AS, Siti Hajar dan Ismail tiba di Makkah, mereka berhenti di bawah sebatang pohon yang kering. Berkali-kali Nabi Ibrahim as menyeka peluh yang bercucuran diwajahnya. Ia terus saja menunggang unta bersama istri keduanya Hajar. Saat itu terik matahari sangat menyengat dan mereka berada ditengah tengah padang pasir yang kering kerontang. Sepanjang perjalanan itu, tiada sepatah katapun yang keluar dari mulut Ibrahim. Dikuatkan hatinya untuk tawakal. Dia yakin, Allah SWT tiada akan menganiaya hamba-hamba Nya, Ibrahim diperintahkan untuk meninggalkan istri dan anaknya ditengah padang pasir.
Tidak berapa lama kemudian Nabi Ibrahim A.S meninggalkan mereka.
Siti Hajar memperhatikan sikap suaminya yang mengherankan itu lalu bertanya ;" Hendak kemanakah engkau Ibrahim?"
"Sampai hatikah engkau meninggalkan kami berdua ditempat yang sunyi dan tandus ini?” Pertanyaan itu berulang kali, tetapi Nabi Ibrahim tidak menjawab sepatah katapun.
Siti Hajar bertanya lagi; "Apakah ini memang perintah dari Allah SWT?"
Barulah Nabi Ibrahim menjawab, "ya".
Mendengar jawaban suaminya yang singkat itu, Siti Hajar gembira dan hatinya tenteram. Ia percaya hidupnya tentu terjamin walaupun di tempat yang sunyi, tidak ada manusia dan tidak ada segala kemudahan. Sedangkan waktu itu, Nabi Ismail masih menyusu.
Dlm hatinya sempat bertanya Kenapa Allah memerintahkan hal itu, bukankah padang pasir itu kering ditambah lagi, saat ditinggalkan Ismail masih bayi dan air susu Hajar belum keluar.Tapi Nabi Ibrahim adalah hamba yang taat kepada Allah dan ia kekasih Allah, kholilullah. Akhirnya Nabi Ibrahim yakin bahwa perintah itu pasti ada hikmahnya. Setelah 6 bulan perjalanan, tibalah mereka di Makkah. Kemudian Ibrahim memilih sebuah lembah ditengah padang pasir. Ibrahim turun dari untanya dan mengikat tali unta disebatang pohon kurma.
Siang itu matahari begitu panasnya membakar gurun pasir yang putih mengkilat. Dahaga yg melilit tenggorokannya tak ia hiraukan, dalam benaknya hanya berpikir bagaimana caranya memberitahukan kepada istrinya tentang perintah Allah. Setelah Siti Hajar diturunkan, Ibrahim bersiap siap pergi,melihat itu diapun bertanya" Suamiku, mengapa aku akan ditinggalkan sendirian bersama anakmu disini? apa dosaku hingga kau meninggalkanku seperti ini. Maafkanlah aku, aku tak sanggup ditinggalkan ditengah tengah padang pasir yang kering kerontang ini".
"Tidak istriku, bukan karena dosamu" jawab Ibrahim
"Kalau bukan karena dosaku, bagaimana dengan anak ini? anak ini tidak tahu apa-apa,tegakah kau tinggalkannya?" balas Siti Hajar
Hati Ibrahim tersayat mendengar ucapan istrinya. "Bukan itu maksudku. Tapi apa dayaku ketahuilah ini semua perintah Allah" jawab Ibrahim. Mendengar itu Siti hajar terdiam, terbayang penderitaan yg akan dihadapinya namun hatinya bertanya-tanya apa hikmah dibalik semua ini? "Jika benar ini adalah perintah Allah tinggalkanlah kami disini. Aku ikhlas, segalanya kami pasrahkan kepada Allah. Dia pasti membela kami, satu pintaku sebelum engkau pergi do'akanlah agar Allah menolong kami" pinta Siti Hajar, Ibrahim jadi terharu. Istrinya Hajar memang wanita pilihan lantas Ibrahim berdo'a sebagaimana ditulis dalam Alqur'an, surat Ibrahim (14) Ayat 37; "Ya Allah Tuhan kami, teguhkanlah hati mereka dengan mendirikan shalat, jadikanlah hati manusia tertarik kepada mereka, karuniakanlah rezeki kepada mereka. Mudah-mudahan mereka bersyukur kepada-Mu."
Air mata Ibrahim menetes saat mendo'akan keselamatan anak dan istrinya yang ia cintai. Hati suami mana yang sanggup meninggalkan anak istri dipadang pasir tandus yang jaraknya enam bulan perjalanan dari rumah mereka. Namun atas keyakinan kuat pada Allah, perintah itu ia laksanakan. Ibrahim meninggalkan tempat itu dengan memasrahkan anak dan istrinya kepada Allah SWT.Tinggallah Siti Hajar bersama Ismail anaknya yang masih bayi air matanya berjatuhan mengiringi kepergian suami tercinta.Tak lama selepas kepergian Ibrahim perbekalan makanan dan minuman mereka sdh habis. Hajar bingung, bagaiman jika Ismail merasa lapar atau haus, ternyata apa yang ia takuti menjadi kenyataan. Tiba-tiba saja Ismail menangis keras kehausan minta minum. Hajar Panik, apalagi air susunya telah kering. Ia tak tahu dimana harus mencari air minum. Apalagi mereka berada di tengan padang pasir, sedang tangis Ismail makin keras hatinya tak tega mendengarkan teriakan anaknya. Dia tak bisa diam terus tanpa usah, spontan dia berdiri dan pandangannya menyapu sekeliling gurun pasir, dari jauh terlihat ada genangan air.
"Itu dia. Aku kan segera dapatkan air itu untuk anakku, diapun berlari sekuat tenaga, ternyata sampai disitu tak ada genangan air hanyalah Fatamorgana, " Astaghfirullah rupanya hanya ilusi saja tapi aku tetap hrs mencari demi anakku." dalam hatinya.
Saat itu tiada kata putus asa baginya matanya pun menyapu kesegala arah lagi-lagi dilihatnya ada genangan air dan membasahi bumi, sekuat tenaga ia berlari lagi menuju tempat itu. Setelah tiba lagi-lagi air itu tetap tidak ada, sehabis itu rupanya dia tetap bertekad mencari air untuk Ismail anaknya. Matanya menyapu ketempat pertama tadi dan dia melihat ada kubangan air disan diapun kembali berlari dan yang dilihatnya fatamorgana. Tanpa dia sadari telah bolak balik bukit sofa dan marwah sebanyak tujuh kali demi sang buah hatinya.
Meski tubuhnya sudah letih lari kesana-kemari tapi ia tetap sabar menghadapi semua cobaan ini. Padahal Ismail terus menangis sambil menggerakkan kakinya kebumi. Tiba-tiba rahmat Allah SWT datang dari bumi tempat Ismail menggerakkan kakinya tadi keluarlah air. Bukan main gembiranya Siti Hajar mendapatkan air itu .Segera dia ambil air itu seraya berkata: Alhammdullillah.. Zam.. Zam.. Zam!" Arti kata tersebut ialah berkumpulah,berkumpulah. Maksudnya adalah agar air itu berkumpul untuk anak Siti Hajar.
Dari situlah, awal mula air Zam-Zam keluar. semua itu berkat perjuangan Siti Hajar. Sang Ibu yang rela berlari antara bukit Safa dan Marwah sebanyak Tujuh Kali untuk menyelamatkan anaknya. Peristiwa itu kemudian diabadikan dalam ibadah haji sebagai salah satu rukunnya yakni Sa'i.
No comments:
Post a Comment